Sunday, December 13, 2009

TEOLOGY’S DIARY: MAAF SALAH PENAFSIRAN…..



Jangan salah persepsi dulu ketika baca sekilas judul diatas, saya juga lagi ngak percaya kalo saya bisa menggunakan bahasa yang sedikit teologis dalam judul. (meskipun saya belajar dalam dunia teologi). Tapi yang pastinya ini bukan masalah seberapa besar saya sudah belajar menafsirkan akan setiap ayat-ayat dalam Alkitab, atau bahkan buku-buku teologis yang (ehem*) bermutu. Saya tahu, kalo orang teologis pasti sering di todong ayat-ayat Alkitab dalam setiap suasana (Jadi kayak kamus berjalan gitu dech). Saya aja kadang angkat tangan kalo sudah di Tanya,

“eh..ayat tentang si Zakeus dimana?”
“Ayat soal Nuh..di dearah mana?..…..”
“ayat tentang ini…”
“Kalo ini…”
“Trus……..”
Huhf!!! Saya bisa melongos dan nyengir trus bilang “I think you asking in wrong place hehhehe”. Tapi ya wez, ngak apa-apa dah anggapan orang kalo orang yang sekolah teologi pasti hapual (Hafal) semua isi dari kitab Suci (kan bisa dikira orang pintar hehhe). Well..sekarang kembali ke topic utama ide ini, yang jelas ini bukan masalah penafsiran atau apalah soal Alkitab buku teologi, tapi ini soal ke-lucuan seorang teman kelas ku yang buat ketawa para malaikat Teolog kelasku.

Tepat pagi ini ada ujuan mata kuliah Teologi Perjanjian Lama, dan kalo dilihat sang dosen rada lumayan killer disamping karena gaya dandanannya juga karena sok wibawanya, maklum lah namaya juga PENDETA. (oops!..kayaknya ngak suka). Ya…kalo di fikir-fikir saya juga rada-rada ngak suka dengan dosen yang balagu kayak bapak ini. Dan wal hasil, persiapan dari semalampun dirasa kurang meyakinkan. Sampai pada akhirnya teman ku (pangil saja namanya Prendy, eh,,,Frendy maksudnya) punya ide konyol buat nyontek.

“Aku ntar nyontek lho..” katanya.
“Gimana caranya bukanya si dosen lumayan he’em geblek ya.” Kataku.
“Tenang aja liat aja ntar.” Jawabnya sambil ketawa bangga.
Dan kini, ujian semester dimulai, dan emang kulihat si Frendy tenang-tenang aja ngak bereaksi gugup ato grogi. Saya sendiri heran, emang gimana dia nanti bisa nyontek lha wong tempat duduknya aja dipisah-pisah begini.

Sampai pada akhirnya, saya melihat dia mulai beraksi tapi, (bentar..) Lho dia kok buka Hand Phone segala ada apa gerengan. Kulihat dia mulai menekan tiap tombol pada Hand phone miliknya (Ngak mungkin Hand Phone saya khan..). setelah ia selasai menekan tiap tombol di HP itu, dia tersenyum gaya. Terlihat dia sepertinya menunggu balasan dari pesan singkat yang ia kirim entah kemana tujuannya. Kulihat dia mulai tidak tenang karena kelamaan (emang kelamaan sich wong sudah 20 menitan menunggu). Sampai pada akhirnya, saya melihat seorang teman berdiri di depan pintu.

Gubrak…….

Teman yang ada di depan pintu bilang dengan lantang begini.

“Maaf pulsa ku habis jadi ngak bisa ngirim jawaban.”

Seketika saya langsung menoleh ke arah Frendy, yang sudah lemah lunglai karena ngak percaya, CONTEKAN GAGAL, pikirnya (mungkin).

Sedangkan saya hanya cekikian ketawa melihat tingakh Frendy yang sudah kelimputan cari contekan. Nah…pelajaran penting buat hal ini adalah, seberapa besar kita berjuang untuk “NYOLONG atau NYONTEK” pasti ada aja halangannya ngak semulus kalo belajar sendiri. So don’t try to NYONTEK….!

sumber gambar: http://academic.cuesta.edu/acasupp/as/images/boystudy.gif

Christmas Greeting


"Ucapan Selamat Natal dari satu anggkatan 2006 kampus tercinta" dan selamat Natal buat teman-teman Ya..."

Tuesday, December 1, 2009

Nah……Ada Dagelan Di atas Mimbar!!!!!


Dalam sebuah kethoprak (ini bukan sejenis makanan, tapi drama tradisi jawa) biasanya menampilkan sebuah cerita adat atau pewayangan. Memang dapat dipastikan kalo kethoprak akan menampilkan suatu suguhan hiburan yang mengisahkan sejarah atau malah cerita kolosal, dan yang paling penting adalah adanya seorang pelawak (Dagelan, dalam bahasa jawa). Saya mempercayai orang-orang akan sangat tertarik dengan adanya dagelan dalam panggung, dan memang tidak banyak orang yang akan melewatkan munculnya pemeran dagelan tersebut.

Saya melihat sekarang ini banyak sekali acara TV yang banyak menampilakan lelucon-lelucon yang membuat orang tertawa, hal ini mungkin saja karena kebutuhan hiburan yang dapat mengurangi tingkat stress. Dan dari situlah kemungkinan cara berkotba pendeta pun terkena dampaknya, yaitu Kotbah dengan sedikit lelucon.

Saya tidak menghakimi bagi pendeta yang suka atau malah emang menjadi daya tariknya dalam berkotbah dengan lelucon atau guyonan. Ada kejadian yang membuat saya menjadi berfikir keras mengenai tingkah polah seorang pendeta diatas mimbar yang mengumbar lelucon dalam berkotbah. Entah kenapa, saya mulai berfikir, kenapa musti ada lelucon dalam berkotbah?. Bukankan berkotbah itu menyampaikan firman Allah? Dan hal itu sangat sacral?, saya sempat tidak begitu suka dengan cara berkotbah seperti ini, saya merasa ke agungan firman Tuhan tidak ada lagi karena lelucon konyol yang di lontarkan pendeta. Namun yang menjadi pemikira saya lagi adalah Kenapa jemaat malah suka atau malah tergila-gila dengan pendeta yang jago dalam membuat lelucon?, well, yang jelas saya tidak iri dengan pendeta yang jago dalam membuat lelucon, karena saya bukan tipe orang yang suka becanda dalam hal berkotbah (kadang-kadang sich heheh). Dan ada hal yang aneh lagi, masak jemaat pernah bilang begini, “Oh..iya saya ingat pak pendeta A (ngak perlu say sebut namanya) karena leluconnya yang enak dan lucu.” Dan ada lagi “ udah cari pendeta yang bisa melucu aja di mimbar biar ngak bosa.” Sumpah, saya jadi terheran-heran dengan pendapat seperti ini. Yang menjadi pemikiran adalah, apakah firman Tuhan yang di sampaikan masuk dalam hati mereka atau malah leluconya?. (who knows…and I don’t really understood).

Well, yang jelas saya yakin bahwa pendeta melakukan hal itu dengan alasan, sapa tahu dengan lelucon mereka diterima, sapa tahu dengan lelucon jemaat memahami firman Tuhan, dan sapa tahu ….(what’s else?...). dan untuk yang terakhir, selamat ber-dagelan ¬ria para pendeta yang luar bisa. !!!!!!

Dunia kecil dalam Asrama !!!!


Ini adalah kisah anak-anak yang super aneh dalam lingkungan yang aneh pula..(hehehhe)…yang pastinya ini terjadi di suatu sore yang sedikit dingin karena habis hujan. Genangan air masih menghiasi tanah tepat di depan ruang asrama kampus ku, air hujan yang masih menempel di dahan-dahan kadang kala menetes, dan semilir angin sore kadang kala menyapu kulit ku yang duduk tepat di depan salah satu kamar milik teman. Suasana yang mangasikan seperti ini katanya lebih enak di nikmati dengna kopi, teh hangat dan pisang goreng (ini usul salah satu teman ku sich). Tapi sayang karena keterbatasan dana, jadinya kita nikmati sore ini dengan makan angin dan obrolan ngak jelas (hehehehe), yang pastinya beginilah dunia asrama kampus ku sore ini.

Anak-anak asrama yang notabennya adalah anak-anak yang berjuang untuk sekolah dan belajar, mereka adalah orang-orang yang berasal dari tempat-tempat yang berbeda, beda budaya, beda latar belakang dan pastinya beda orang tua (Heh.  masak satu orang tua???). biasanya sore-sore begini anak-anak asrama bermain bola voli, dan seperti yang mereka lakukan sekarang, main bola voli sehabis hujan dengan telanjang dada, (ini kebiasan aneh, masak dingin-dingin begini telanjang dada). Yang jelas kini mereka asyik dengan dunia mereka yang aneh, sedangan kan saya, hanya duduk dan ngobrol ngak jelas ma sebagian anak yang ngak jelas juga (hehehhe).

Teman-teman, yang namanya hidup kost atau di asrama adalah hidup tanpa orang tua, (bukannya mereka dah mati) mereka harus berjuang untuk memenuhi kebituhan hidup dengan dana yang sangat limited dari orang tua mereka. Dan kejadian menyetuh dan membuat terharu, baru aja terjadi di asrama ini, ceritanya begini:

Salah satu teman yang kebetulan atau emang kebiasaan ngak masak kelaparan dan butuh makanan. Ia (ngak perlu saya kasih tau namanya) lagi berdiam diri dalam kamar dan menunggu pertolongan dari Tuhan (bahasa Teologi nich..), ya mungkin dengan merenung ia dapat hikmat kepada siapa ia harus minta makanan, dan tepat tidak berapa lama seorag malaikat datang padanya (maksudnya temannya nich) menawarkan makanan buatnya. “akhirnya ada berkatMu Tuhan, terimakasih.” Ujarnya dalam hati. Dan kini dengan penuh kenikmatan ia menikmati makan malamnya yang ia peroleh dari perenungannya dalam kamar.

Di lain pihak, di lapangan hijau, anak-anak aneh bin ajaib berubah dari main voly ke ngobrol di tengah lapangan. Yang pastinya kayanya akan ada konferensi meja bundar ke 2012 (iya pas kiamat datang,,kata di film-film sich). Saya yang mengamati dunia kecil di asrama ini malah jadi kaget, betapa saling membutuhkannya mereka, dari membutuhkan makanan, hiburan sampai kebutuhan yang lain (eitz....…jangan mikir yang aneh-aneh ya..mereka masih normal soalnya).

Bayankan dunia ini terjadi begitu simple seperti ini, pasti menyenangkan, tapi apa bener yang di katakan orang life Is simple?. Yang pastinya akan terjawab seberapa besar kalian bisa menikmati hidup kalian. OK Have a wonderful life to all of you!!.

TEOLOGY’S DIARY: Memenuhi Tuntutan Pasar…….



Pelayanan bukan sebuah barang yang bisa di perjual belikan pastinya, namun apa iya sepert itu sekarag. Yang ngak habis pikir, sekarang Pendeta seperti seorang produsen dan cara penyampaiannya adalah barang yang harus menuruti kebutuhan pasar.

Saya pernah bekunjung kesalah satu gereja yang sedang mengadakan Rapat untuk acara natal dan pas saat itu sedang membicarakan tentag siapa pengkotbahnya, dan sungguh mengagetkan aka apa yang di bicarakan. Sekilas perbincangan atau criteria yang jemaat harapkan utuk pengkotbah natal adalah:

  1. Good Looking. Saya kaget dengan criteria yang pertama ini, disamping ada unsur diskriminasi bagi pendeta yang “kurang good looking” (dalam hal ini face tentunya). Ya…emang sich..ini akan berpengaruh pada jemaat yang menikmati kotbah, masak menonton orang yang ngak amburadul. Ada benarnya memang hal ini, tapi coba dech..ngak selamanya kok…orang yang ngak good looking selalu tampil aneh, sapa tahu pas di minta kotba natal, ia tampil beda. (who knows, tapi kasih kesempatan dech, yang penting penyampaian dia pintar tho).
  2. Enak (Nah ini alasan yang saya sendiri kurang jelas, enak dari mana cobak..emang pendeta itu mau dimakan,,hehe). Ya ..katanya sich pokoknya..(ini nich kata yang paling bikin jengkel, “POKOKNYA”). …enak dalam segala hal, ya…enak dilihat, enak kotbah, enak di dengar dan enak di goda…(uey yeach di goda…..ini tambahan saja ngak masuk kategori). Sebenaranya kategori enak itu kan ALTERNATIF eh maaf RELATIF maksudnya. Belum tentu satu orang dengan yang lain sama merasa enak dengan salah satu pengkotbah. Ya tho…ya wes ah…yang penting itu dalam daftar criteria pendeta.
  3. Metereng. Ini saya ngak tahu apa hubungannya dengan kotbah ama apa yang dipakai oleh si pengkotbah. Ato jangan-jangan pengen di lihat kalo Gerejanya bisa ngundang seorang pendeta yang mewah dan kaya. Dan yang paling parah lagi, ada anggapan kalo gereja berani mengundan Pendeta yang tampail mewah (Mobil, laptop, ma apa aja yang kelihatan wah…) maka gereja akan membayar mahal si pendeta. Ya ngak mungkon donk…pendeta datang bawa mobil cuman di kasih 50 ribu (mau buat beli kacang anaknya aja ngak cukup..heheh).
  4. Lucu. Nah..ini criteria terpenting dari seorang pendeta, LUCU. Kalo pendeta ngak pintar melucu, wah bisa-bisa di jauhi ma jemaat. Pendeta di tuntunt untuk bisa membuat tertawa jemaat meskipun lelucon yang (maaf) ngak maksud dan terkesan di paksakan. But any way yang namanya gereja pastinya berbeda-beda, termasuk kebutuhan dalam hal pendeta.
And finally, saya hanya bingung dengan criteria yang semakin aneh yang di lontarkan oleh jemaat. Di lain pihak saya juga berfikir akan masa depan saya, sekarang sekolah Agama dan akan berakhir dengan Title S. Th, dan itu wajib jadi Pendeta (wait ngak wajib kok…kalo mau aja). Meliat criteria diatas kayaknya saya ngak bakalan dech bisa memenuhi semua tuch tuntutan jemaat yang (He’em) aneh. Well buat para calon pendeta, bersiaplah dari sekarang melihat semua tentutan jemaat yang semakin meningkat. Good luck guys……

Friday, November 27, 2009

TEOLOGY ‘S DIARY: The reason why….?



Mungkin setiap kali kita akan masuk ke Universitas atau dalam bahasa gaulnya “kuliah”, kita pasti di tuntut untuk mengambil fakultas yang kita harapkan atau inginkan –kadang kala di tuntut orang tua juga sich- tapi yang jelas kita WAJIB yang namanya kuliah di fakultas yang kita cintai. Sama halnya juga dengan memilih universitas atau Sekolah Tinggi macam apa yang kita mau jabanin, saya yakini kita memilih sesuai dengan selera kita, bukan karena paksaan atau malah diancam.

Dan al hasil, sekarang saya sudah masuk di tahun ke 3 di salah satu Sekolah Tinggi di daerah saya, dengan mengambil jurusan Theologi. Katanya sich jurusan ini adalah untuk para calon hamba Tuhan, alas Pendeta. Emang sich, kalo dipikir-pikir ngapain 4 tahun di bangku kuliah Theologia malah tidak jadi Pendeta. Tapi yang jelas semua orang punya hak asasi donk untuk mengatur masa depannya, termasuk mau jadi seorang Pendeta atau yang lainya, yang paling penting kan berguna bagi nusa dan bangsa ..

Sekarang di kampus tercintaku udah lumayan mahasiswa yang kuliah, kalo di hitung-hitung sekitar 50 anak yang terbagi menjadi Jurusan Theologia dan Pendidikan Agama. Sebenernya sama sich ntar dapat gelarnya, S. Th. Gelar yang mungkin akan buat orang memandang kita seperti orang kudus yang baru aja keluar dari pertapaan.- heheh-.

Dari sekian banyak teman-teman yang disebut orang farisi (ahli taurat dalam PL), mereka kebanyakan memiliki tujuan yang variatif dan Theologis tentunya (Percuma donk anak Theologi tapi ngak bisa memainkan kata-kata Theologis). Akan tetapi yang buat penasaran adalah apa mereka yakin dengan panggilanyan ini?- well lets see- (ini ngak maksud meremehakan lho ya ).

Ya wez lah, sekarang lihat beberapa alasan kenapa teman-teman ku mau masuk atau kuliah di jurusa Teologi:

1) Karena pengen dapat gelar: well yang pastinya di semua universitas atau Sekolah Tinggi ujung-ujungnya dapat gelar kali. Ngak cuman perguruan tinggi di tempat-temoat les juga pada akhirnya dapat yang namanya “IJASAH”. Ya di Indonesia kan semua di ukur seberapa bayak title yang tertulis dibelakang nama kita, kalo ngak ada title nya ya see you later…..

2) Masukan dari orang lain yang melihat kita cocok untuk masuk di sekolah Agama. Orang macam ini kemungkinan disuruh bunuh diri pun mau dia, masak kuliah aja harus mengikuti petuah orang lain. Tapi yang jelas, semua itu akan terlihat ketika sudah berjalan beberapa bulan di kampus, apa masih di dukung sama orang lain atau malah “SELAMAT BERJUANG”….

3) Ini yang paling banyak di ungkapkan oleh teman-temanku yaitu PANGGILAN TUHAN. Huhui….panggilan rek..kalo udah begini sumpah!! Saya ngak bisa ngomong lagi, lha gimana mau ngomong lha wong masalah panggilan itu kan masalah hati, antara dia dan si penguasa jagad, Tuhan. Paling kalo udah di bilang begitu saya langsung nyengir dan bilang “selamat terpanggil heheheh.”

4) Alasan yang terakhir adalah Pengen belajar aja soal Agama. Ini jawaban diplomatis dan elegan dan ngak jelas maksudnya. Kalo dipikir-pikir kayaknya jawaban orang kayak begini, kayaknya punya uang lebih, ngaco, dan ngak jelas mau ngapain, istilah kerennya go with the flow aja. Well emang semua harus begitu? (kadang-kadang).

Dan sekarang, kalau saya ditanya kenapa saya kuliah di Sekolah Agama, paling saya akan bilang “liat ntar dech sapa tau dapat jawaban di jalan hehehe.” Dan berharapnya sich, bagi teman-teman yang mau kuliah ataupun sekolah, cari dulu dech alasan yang tepat sebelum semuanya jadi sia-sia. Have a nice think.

Saturday, October 31, 2009

Break Down Your Comfort zone!!!


-naskah ini di muat di majalah sinode GITJ edisi I-

A. Look down their comfort zone.
Kebanyakan setiap kita merasakan aman dan nyaman ketika semua berjalan dengan mulus atau lancar, dan memang sudah bisa di pastikan manusia lebih suka tinggal di daerah aman yang di milikinya (the comfort zone). Namun apakah zona aman kita akan terus menjadi tembok penghalang ketika kita ingin maju?. Salah satu puisi yang berjudul “The past is the prolog” karya Wiliam Shakespears mengatakan:

“……. I believe that history is not equal to the future but it could be, if we don’t change and we don’t move from our comfort zone and start contributing the goodness….”

Dari penggalan puisi diatas, Shakspears berani mengatakan bahwa sudah di pastikan ketika orang menikmati zone aman secara terus menerus maka sejarah dan masa depannya akan sama. Satu hal yang dapat di lakukan untuk mengubah hidup adalah dengan berani keluar dari zona aman pribadi kita. Zona aman yang manjadikan kita manja dalam mengarungi hidup ini.
Sebagai sekilas pandang, di beberapa Gereja di Eropa mengalamami suatu stuck pada perkembangan imam umat Kristen. Bahkan ada beberapa Gereja yang di jadikan Musium karena mengalami kemunduran dalam jemaat, dan secara sekilas salah satu alasan ini terjadi adalah karena zona aman di rasa membosankan, orang lebih suka hal yang menantang tidak hanya monoton saja. Hal serupa juga terjadi di beberapa tempat yang sudah merasa nyaman dengan kehidupan mereka dan mengalami kebisanan dalam hidup. Maka dari itu kalau kita ingin merubah hidup kenapa tidak mencoba keluar dari zona aman kita?.

Dari cerita Alkitab, sudah terang-terangan mengatakan bahwa Yesus berani mengambil resiko keluar dari zona aman –Nya untuk datang ke dunia. Coba bayang kan sedainya Yesus tidak mau meninggal kan tahta kudus Nya di surga, maka sudah di pastikan kita tidak akan mengenal yang namanya Yesus. Namun satu terobosan besar dilakukanNya, Ia berani mengambil keputusan untuk keluar dari zona aman yang Ia miliki untuk terjun langsung ke dalam dunia dan pada akhiranya karya agung di lakukanNya, Penyaliban. Sebuah keputusan tragis dengan penuh pertimbangan dan keyakinan pengorbananNya itu akan menjadikan lebih baik bagi umat manusia, dan itu memang sudah terbukti. Melalui pengorbananNya umat manusia di selamatkan dan mengenang akan Sang Penebus itu.
B. That is your comfort zone?

Dalam kehidupan pribadi kita, kita pasti memiliki zona aman pribadi dimana kita merasa nyaman dan aman. Kenyaman yang mungkin akan membuat kita lengah dan terlena akan keadaan sekitar kita. Kebanyakan orang ketika sudah merasa nyaman maka ia akan mempertahakan rasa nyaman nya itu dan tidak melihat keadaan sekitar kita.
Beberapa waktu yang lalu saya pernah berbincang-bincang dengan seorang Hamba Tuhan mengenai pelayana misi, dan tidak sengaja yang menjadi alasan orang memilih menolak untuk ikut adalah karena sudah merasa nyaman dengan posisi, Kenyamanan, kekayaan dan kedudukan yang di peroleh. Secara singkat saya berfikir itu adalah ke-egoisan seseorang karena tidak berani ke luar dari zona aman yang ia rasa. Tidak salah memang ketika orang lebih suka menikmati ke-nyamanannya di banding harus keluar dan menderita hanya untuk menceritakan yang namanya Yesus di dearah pedalaman atau kepada meraka yang belum mengenal Yesus. Namun ketika kita melihat salah satu bagian dari Alkitab, khususnya Matius 28:19-20, jelas mengatakan

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah keperintahkan kepada mu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Dalam bagian ayat ini secara gamblang Allah mengehendaki para muridNya untuk berani “pergi” dari tempat asalnya, tempat asal yang menjadi zona aman bagi mereka mereka. Demikan juga kita, sudah beranikah kita keluar dari zona aman yang kita agungkan selama ini untuk mengabarkan Injil Yesus?.

C. PELITA, Try to confront you to beat your Comfort zone.

PELITA (Present Evangelism Living Out Agape) adalah satu program dari Sinode GITJ bagi para pemuda yang ingin belajar melayani baik di dalam Gereja maupun di dalam bidang social. Oraganisasi yang menjadikan landasan kebersamaan ini mengarah kepada Pemuridan bagi kaum muda, membekali dengan pelayanan.

Berdiri di tahun 2005, yang merupakan tonggak sejarah di mulai nya babak baru di Sinode GITJ dalam hal pemuridan. Tahun pertama yang dengan yakin mengambil pelayanan di beberapa Gereja di Sumatra memperoleh sambutan yang luar biasa dari pemuda di sana. Dilanjutakan di tahun kedua mengambil pelayanan di Gereja-gereja Lokal dan membantu korban bencana gempa bumi di Jogjakarta. Di ikuti tahun ketiga PELITA bekerja sama dengan Organisasi The Frontiers untuk pelayanan perdamaian di Timor Leste dan Aceh. Bentuk-bentuk program yang secara jelas mengajak kaum muda untuk berani keluar dari zona aman yang mereka miliki dan belajar melihat saudara-saudara yang membutuhkan.
Ada benarnya memang apa yang di katakan Henri J. M. Nouwen dalam bukunya Gracias

“Pelayanan adalah ungkapan kehadiran Kristus di dalam dunia dalam pribadi kita”.

Dalam hal ini lah kita ditantang apakah kita berani untuk melayani meskipun itu keluar dari zona aman kita?. Pada bagian lain dari buku yang sama di katakan bahwa:

“…Oleh karena itu, saya berfikir bahwa bagi mereka yang di cabut dari lingkungan mereka yang aman dan di bawa masuk ke negeri asing di mana mereka merasa seperti bayi, Tuhan menawarkan kesempatan istimewa tidak hanya untuk pertobatan pribadi tetapi juga pelayanan yang sejati.”

Sekilas mungkin dapat di katakan, bahwa ketika kita berani keluar dari zona aman kita dan melangkah keluar untuk pelayanan maka Allah akan memberikan janjiNya kepada kita. Saya yakini dalam benak kita pasti terbesit ketakutan, Ketakukan akan tempat tinggal, ketakukan masa depan, kehidupan dan mungkin lebih parah lagi Nyawa. Saya pernah berfikir seperti ini sebelum saya terjun ambil pelayanan di Timor Leste selama satu tahun, namun semua itu menguap dengan penyertaan Tuhan di setiap langkah.
Saya yakini dalam lingkungan GITJ nama PELITA sudah tidak menjadi asing di telinga kita. Saya pernah bertemu dengan salah satu teman dan tidak sengaja kami berbicara mengenai PELITA. Saya masih begitu ingat dengan apa yang di katakannya.
“Kanggo opo tha..lungo adoh-adoh..engko dhak Gerejaku kosong” –buat apa sich.. pergi jauh-jauh ..nanti Gereja jadinya kosong-

Secara sepintas saya menyetujui akan pendapat teman saya ini, namun ketika saya berfikir “Bukankah lebih baik Gereja kita kosong namun kita melayani untuk mendapat kan jiwa baru untuk Tuhan dari pada duduk tenang dengan ke-EGOIS-an kita akan keslamatan.”

PELITA yang berani menantang setiap pemuda untuk keluar dari zona aman nya dan mengambil bagian dalam pelayanan adalah kesempatan untuk benar-benar belajar melayani dan melihat karya Tuhan di dalam hidup kita. Bukankah akan lebih bahagia ketika kita dapat menjadi pemain dari dapada hanya menjadi penonton saja. Mungkin dalam hati, kita merasa takut akan masa depan dan bagaimana tentang hidup, takut kalau Gereja kita akan kosong atau mungkin akan kehilangan nyawa sekalipun. namun yakinlah apa yang di katakan Yesus dalam Matius 28:20b “Dan ketahuilah Bahwa aku akan meyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”(FK)

PENDETA JUGA BUTUH RILEKS.....kali !!!!

“Maaf Pak Pendeta, bisa kah saya minta tolong untuk datang kerumah saya sekarang,” suara dari telephone itu terputus-putus dan gemetar.
“Iya buk, saya akan kesana sekarang.” Jawab seorang Pendeta yang segera bangun dari tempat tidurnya.
Tepat jam dinding menunjukan pukul satu tengah malam, udara di luar begitu dingin dan jalan beraspal begitu sepi tanpa suara roda yang berputar. Malam ini dengan penuh semangat pengabdian sang pendeta melangkah ke arah rumah yang berjarak kurang lebih 200 meter dari rumahnya. Dengan berjalan yang sedikit tergesa-gesa, sang pendeta memakai jaket kulitnya yang sudah lumayan usang. Di daerah ini, banyak orang yang memeluk agama Kristen dan membuat sang pendeta begitu gigih melayani jemaatnya yang terkasih.
Sesampainya di rumah yang dituju, Sang Pendeta menemukan seorang Ibu muda sedang duduk menangis di samping seorang anak yang terbaring karena sakit keras. Dengan penuh kasih sang pendeta duduk disamping sang anak dan mendoakan sang anak untuk kesembuhhanya.
Sebelum melanglah pulang malam itu, sang ibu menanyakan obat apa yang bisa membuat sang anak sembuh. dan sang pendeta hanya memberikan jawaban sesuai pengetahuannya,- BERDOA SAJA, ya bu!!!.
Ketika pagi menjelang, sang pendeta mendapat kabar bahwa salah satu pemuda gerejanya mengalami kecelakanan dan mengharapkan kedatanganya segera ke rumah sakit. Dengan penuh semangat sang pendeta pun mengambil sepeda motornya dan segera menuju rumah sakit. Belum hilang rasa capeknya karena pelayanan semalam, ia melangkah yakin ke rumah sakit itu. Sesampainya di rumah sakit sang Pendeta segera menemui sang pemuda dan melihat keadaanya, tidak lupa ia pun berdoa untuk kesembuhanya.
Setelah selsai mendoakan tiba-tiba handphone sang pendeta berdering. Dilayar hanphone itu tertulis

Bapak Ronal calling…..

Dengan segera sang pedeta menjawab telfonnya.
“ya… Pak Ronal, apa yang bisa saya Bantu..?” Tanya sang pendeta.
“begini pak… sekarang bisnis saya sedang mengalami kerugian bisakah saya sharing dengan bapak sekarang?” Tanya Pak Ronald.
“Ya.. boleh sekarang saya akan ke Geraja, bapak tunggu disana.” Kata sang pendeta.
Tugas di rumah sakit usai dan kini ia akan ke gereja untuk sharing dengan pak Ronald. Sepeda motor yang menemaninya kamana-mana siap melaju di jalan raya. Rasa capek belum juga hilang dari sekujur tubuhnya namun panggilan pelayan memanggilnya. Dan ia WAJIB melayani.
Sesampai di gedung Gereja sang pendeta mendapati bapak Ronal sudah duduk di ruang konseling. Dan setelah bertegr sapa, mulailah perbincangan tentang kerohanian melingkupi dan sampai akhirnya masuk dalam masalah bisnis.
Penuh kesadaran bahwa Pak Ronald menginginkan jwaban dan dukungan serta soludi untuk masalah bisnisnya, dan kini tugas seorang berpindah dari PELAYAN GEREJA menjadi PE-BISNIS, dari KEROHANIAN menjadi KEUNTUNGAN. Namun sayang sang jemaat tidak memahami akan hal itu, dan hanya menginginkan jwaban yang memuaskan.
Sore menjelang, tiba-tiba saja pintu rumahnya di ketuk seseorang. Dan tampak jelas ia sadalah salah satu jemaat di Gerejanya.
“Ya…. Bu, ada yang bisa saya bantu.” Tanya sang pendeta.
“Begini pak, sekarang ini saya ada masalah dengan suami saya……….” Sang ibu itu bercerita mengenai masalahnya sampi seakar-akarnya. Dan meminta sang pendeta untuk tidak menyebarkannya.
Kini tugas lain seoarng Pendeta adalah mendengar jeritan para warganya, dan menyimpanya sampai membusuk di telan waktu. Seakan menjadi tempat sampah bagi jemaat nya, sang pendeta tetap bersyukur.
Ini adalah salah satu contoh kesibukan seorang pendeta yang melayani Jemaatnya namun tidak mempunayi waktu untuk keluarga dan kehidupan pribadinya. Kita menaydri betapa beratnya menjadi seorang Pendeta,- harus menjadi panutan, menjadi penasehat, menjadi dokter, guru, bahkan pembantu-. Aku sendiri cukup terkejut ketika membayangkan pelayanan seperti itu. Jemaat hanya menuntut pelayanan yang memuaskan dari pendeta meraka dan tidak menghiraukan akan kesejahtraan sang Pendeta.
Kita tahu bahwa manusia memiliki kehidupan pribadi yang harus di penuhi, dan itu mungkin bagi seorang pendeta karena tntutan para Jemaat. Namun kadang kala ada juga yang mengatakan bahwa sang pendeta hanya malas-malasan melayani, ada pula yang menghujat akan pelayanannya, namun ada pula yang mengatakan PENDETA TIDAK BERMUTU, sungguh merupakan pukulan terhebat ketika kita berani mengatakan seperti itu.
Ada kisah lain dalam suatu gereja yang tdiak megijinkan pendetanya untuk mengikuti seminar atau acara-acara pengembangan diri, padahal kalo di pikir-pikir itu adalah hal yang membangun bagi sang pendeta. Namun saying dengan alas an “Gereja lebih membutuhkan” maka sang pendeta pun terkurung dalam Megahnya gedung gereja seperti ayam dalam kurungan.
Jadi sekarang yang menjadi pergumulan kita dalah “Apakah kita sebagai jemaat sudah memberi ruang bagi pendeta untuk mengembangkan diri? Atau malah mengikatnya erat dan tidak dilepasakan?. Yakinlah bahwa PENDETA pun butuh relaksasi, tidak selalu terkurung dalam sampah para jemaat.

Sunday, May 10, 2009

Lebih Dari Memberi.

Saya teringat dengan kisah dalam Alkitab tentang orang samaria yang baik hati. Dalam cerita itu, ada seorang yang sedang di rampok dan mengalami luka-luka yang parah. Dan pada saat itu, ada seorang ahli alkitab lewat namun sayang sang ahli alkitab tidak melakukan sesuatu pada orang yang sedang terluka itu, ia malah lewat dan menjauh –sama hal nya mengerti firman tapi tidak mau melakukan-. Kemudian seorang lewi lewat, dan hal serupa dilakukan, menhindar dari orang yang luka itu tadi. Dan yang ketiga, adalah seorang samaria, hal yang mengejutkan ia lakukan, ia membantu orang yang luka dan membawanya ke penginapan untuk di obati. Namun sayang di alkitab tidak di jelaskan apa yang di lakukan orang yang luka itu tadi kepada orang samaria yang telah menolongnya.

Mungkin, kadang kala balasan dari orang yang kita tolong akan berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Saya mungkin berfikir bahawa ketika kita menolong maka harapan kita adalah mendapat balasan yang baik. Namun apa jadinya ketika orang yang kita tolong malah membalas dengan keangkuhan mereka.

Saya baru saja mengalami hal yang membuka mata, bahwa membantu seseorang adalah sampai pada titik dimana kekuatan kita terkuras sampai habis, atau malah darah penghabisan baru mereka akan menyadari kalo kita membantu. Kita lihat kisah Yesus, coba bayangkan, Ia sudah menolong semua orang dengan mengajarkan kebaikan dan membantu mengenal Allah namun apa yang terjadi, Ia harus merelakan nyawaNya, ini adalah suatu bukti bahwa menolong adalah dengan tindakan.

Dua hari yang lalu, kebetulan di kampus kebanggan saya meminta saya untuk mengambil bebarapa gambar dan mencetaknya, dan memang kebetukan saya suka dengan pekerjaan ini. dengan senang hati saya melakukan tugas ini, dan memang sudah menjadi pedoman dalam hidup adalah ketika saya bisa membantu maka saya akan bantu. Dan mulailah saya melaksanakan tugas ini. pertama saya mencetak hanya sesuai tugas, namun setalah selesai sang rektor datang dengan PD nya mengatakan untuk mencetak semau foto menjadi rangkap 3 dan di minta saat itu juga –GILA-. Terus terang saya langsung mengerjakannya. Dan selesai dalam 4 jam dengan keringat dan keletihan yang sumpah minta ampun. Tugas pertama selesai.

Sehari setelah selesai tugas pertama, datanglah tugas kedua MEMBUAT VIDEO buat presentasi. Dan dengan senang hati saya bantu. Namun sayang, ketika saya mulia mengerjakan tugas ada suara yang mebuatku tercengang. Saat itu saya sedang mengedit video dan sang rektor berkata saya harus membayar penggunaan computer….???. jelsa saya kaget dengan hal ini, dan setelah saya cari tahu ternyata sang Rektor mencurigai saya menggunakan INTERNET kantor, alias Menggunakan tanpa ijin ato MENCURI. Jelas saja, saya jadi kaget, seumur hidup saya paling tidak suka kalo dituduh mencuri dan itu tanpa bukti. Saya marah waktu itu dan tidak percaya ternyata selama ini saya membantu belum cukup untuk membuat sang rektor percaya. Dan alhasil, saya di buat bahan omongan dosen, dan itu berdampak pada hubungan di kelas. Tepat hari jum’at kemarin saya di buat kalang kabut dengan ulah sang rektor yang sekaligus mengajar, jadwal presentasi saya yang seharusnya minggu depan di ajuka tanpa pemberitahuan, dan waktu itu saya pas ada jadwal keluar jadi tidak masuk kampus, dan akhirnya nilai C sudah ada di daftar nilai saya gara-gara sang rektor yang plin-plan dengan jadwal mengajar. Dan yang lebih parah lagi dosen yang satunya malah mengatakan saya tidak sopan karena tidak ijin, padahal saya sudah ijin.

Sekarang saya mulai tidak yakin saya hormat dengan mereka, dari mulai saya masuk kuliah sya sudah banyak di tentang dan di hina-hina, apa karena mereka takut tersaingi dengan kecerdasan dan kepintaran yang saya miliki. YA…who know???. Yang jelas memberi pertolongan adalah sesuatu yang berat kepada mereka yang membalas dengan cacian. Sekarang …who cares about it??





Sunday, April 26, 2009

+ / - NYA LCD



Jaman modern sudah bagitu diluar batas pemikiran kita sekarang, sudah banyak perubahan gaya hidup yang semakin instant. Dapat diakui bahwa sekarang ini, orang lebih suka yang instant mulai dari makanan, pendidikan, kekayaan sampai perikahan pun dapat dilakukan secara instant. Di Las Vega, USA, tempat yang terkenal dengan kota Gambling nya. Di salah satu chapel di sana melayani pernikahan drive through, hanya dalam beberapa menit orang bisa jadi suami istri, malahan ada yang menikah dengan aturan waktu, mau yang 1 hari atau yang 1 minggu. Sungguh dunia ini sudah berubah sedemikan rupa.

Satu minggu kemaren, saya dan beberapa teman mengikuti ibadah di salah satu gereja. Saya begtu terberkati dengan ibadah yang sangat khusuk sekali. Bangunan gerja yang besar dengan iringan musik yang benar-benar membuat masuk dalam penyembahan. Jemaat yang hadir pun lumayan banyak, sekitar 80 orang.

Sejenak tiba-tiba pikiranku melayang kearah LCD yang tepat ada di depan, LCD itu memperlihatkan tata cara ibadah dan semua jalannya ibadah, dari kidung pujian sampai ayat dalam Alkitab. Aku jujur saya bersyukur dengan adanya LCD itu, disamping aku tidak bawa Kidung Jemaat aku juga merasa nyaman karena tidak perlu membolak-balik kidung jemaat. Namun tiba-tiba pikiranku berubah, ketika masuk dalam firman Tuhan semua ayat terpampang di LCD dan itu sangar menolong. Tapi yang jadi persoalan adalah beberapa jemaat yang aku lihat sama sekali tidak membawa atau membuka Alkitabnya karena lebih suka membaca di layar depan.

Ada banyak hal memang kuntungan dan kerugian menggunakan LCD dalm ibadah, sebagai contoh yang menjadi ke kurangannya adalah:

1.orang akan lupa untuk membawa Kidung Jemaat atau Alkitab ke Gereja karena sudah ada LCD di dalam peribadatan.

2.Orang akan malas untuk membuka Alkitab karena sudah terpampang jelas.

3.akan benar-benar merugikan LAI sebagai penerbit Alkitab karena dalam peribadatan orang sudah di suguhi di layar LCD, tidak perlu Alkitab lagi.


Sedangkan yang menjadi keuntungan buat peribadatan adalah:

1.Memudahkan dalam beribadah.

2.memudahkan dalam menyampaikan informasi ke pada jemaat karena tidak hanya mendengar tapi juga membaca.

Mungkin hanya itu yang menjadi keuntungan dan kerugian ketika gereja menggunakan layar LCD. Tapi yang jelas, memang ada kurang lebihnya dalam menggunakan semua alat dalam ibadag, tergantung kita melihat dari sudut pandang yang mana.(FK)

Monday, April 13, 2009

Jangan Percaya kalo ngak percaya!.

(ngerumpi tentang Pendeta baru, …..so what?)

Aku baru sadar hari ini aku ada kejadian lucu dan aneh. Kejadian yang membuatku merubah sedikit sudut pandangku. Sudut pandang akan temanku yang satu ini.
Ceritanya bermula pagi tadi sekitar pukul 10 pagi.

Kling..kling…

Suara Hand phone ku berbunyi. Dan terlihat tulisan “you got a message”. Segara aku mengambil hand phone ku dan dan kutekan tombol open message.
Dan seketika layar di hand phone terlihat isi pesan itu.

Semalam pulang jam berapa dari acara selamat datang buat pak Pendeta baru?

Aku melihat nama pengirim pesan singkat ini, Mas Rezki. Aku berfikir sekilas saja bagai mana membalas pesan singkat itu.

Dan sejurus kemuduan jari ku mulai menekan tombol-tombol pada hand phone ku dan seketika di layar terangakai sebuah kalimat.

Jam setengah 10 an, soalnya bokap masih ngobrol sama pak Pendeta.

Selesai aku mengetik kilat itu, segera aku menekan tombol send dan seketika itu pula pesan ku terkirim.

Cukup lama tidak ada jawaban dari Mas Rezki dan aku memang tidak antusias untuk menunggu jawaban.

Kira-kira 30 menit berlalu, dan kudengar bunyi dari hand phone ku. Tepat balasan dari Mas Rezki. Segara kubuka pesan itu.

Cakep ngak pendeta barunya..cakepa mana sama yang lama?

Aku sontak kaget dengan isi pesan singkat itu. Aku sediki ragu kalo ini pesan dari temanku.
Jujur saja, selama aku kenal yang namanya Mas Rezki orangnya agak serius dan jarang sekali menanyakan pertanyaan konyol seperti ini.

Aku berfikir bagai mana harus menjawabnya. Lalu kuputusakan seperti ini.

Cakep yang baru donk.sekilas terlihat berwibawa, bahasa indonesianya bagus, lebih tenang dari yang lama kelihatanya. Tapi ngak tau kalo dah lama, apa masih berwibawa atau malah ambisius..hehhe.

Segera pesanku ku kirim.

Dan untuk beberapa waktu tidak ada jawaban.

“Apa dia marah?” pikirku karena takut dikira menghina.

Tapi…. Kling.kling...jawaban datang.
Segera kubuka pasan itu.

Ya…. Dilihat entar aja. Apa bisa bertahan di gereja itu…atu malah beroreientasi pada uang dan kekuasaan….hahah.

Aku segera membalas.

Ya… doain aja moga aja ngak nyampek ada perpecahan dalam gereja..

Pesan terkirim.
Dan jawaban datang…..

Ehh tapi bagus lho. Misalnya pecah kan tambah satu lagi gereja di Indonesia. Dan ada banyak lowongan buat pelayanan….hahahaha.

What….ngak salah nich. Pikirku pertama kali setelah membaca pesan singkat itu.
Dan sejerus kemudian ku balas.

Betul juga ya,…aku ngak kesuliatn ntar kalo cari tepat pelayanan enak…ya…tapi jangan sampek ada konflik dech…

Tombol kirim ku tekan dan pesan itu pun terkirim. Dan tidak berapa lama kudapat jawabannya.

Ehh enak ada konflik tho..ntar kita buat program rekonsiliasi sama konseling pendeta yang tingkat stress nya tinggi..hahaha

Wow… ini beneran dari temanku , pikirku semakin keras…dan akhirnya kubalas.

Dirimu juga bisa nge-lucu ya… ngak nyangka…hahah..

Kirim…

Jawaban dari Mas Rezki.

Kamu juga tidak kusangka bisa nge-lucu begini…

Setelah kubaca pesan itu kubacam kuputuskan tidak membalasnya. Dan kini otakku berfikir bahwa pekerjaan jadi Pendeta itu gampang susah. Gampang kalo semua jemaat mendukung, tapi susahnya kalo jemaat terpecah-pecah opininya. Bayangin aja aku pernah dengar seorang jemaat me,bicarakan kehidupan pendetanya dari gaya bahasa, potongan rambut, pelayanan jemaat, kotbah ampek masalah pakaian. –Wah hebat ya jadi pendeta, kayak artis lho.. semua di perhatikan- jadi selamat ya.. yang jadi pendeta..dan selamat jadi artisnya Jemaat yang anda layani…hahahaha…

Di Depan Perpustakaan.


(Markus 12:41-44)

Ada orang bilang, kita belajar bisa di mana saja yang penting bisa belajar. Ada pula yang bilang kalo belajar tidak mesti di dalam kelas mendengarkan pelajaran atau baca buku, namun belajar dapat pula dari pebincagan atau becandaan dari teman. Dan saat inilah yang sedang aku alami.

Saat itu aku sedang menunggu kelas perkuliahan berikutnya, dan seperti biasa ku guakan waktu seprti itu untuk baca buku atau ngobrl sama teman-teman. Tapi pada siang itu, aku pilih untuk duduk di depan perustakaan kampusku sambil menikmati suasana siang. Kulihat beberapa temanku sedang asik bercanda ria di ruang kelas, dalam hati pengen sekali ikut tapi aku urungkan niatku, karena lagi males bercanda ria.

Ku keluarkan buku ku dan mencoba membacanya, namun tidak berapa lama aku di kejutkan dengan sapaan dari belakang ku.

“Hey.. baca apa?” suara itu kudengar.

Seketika aku menoleh kebelakang dan menemukan sosok lelaki dewasa yang ku kenal dengan pangilan Eko (samaran ini). aku kenal beliau, dia adalah kakak tingkatku 2 tahun, dan sekarang tinggal menunggu wisuda saja.

“Hey.. Pak…ini buku bacaan biasa.”jawabku. “Sama siapa kesini?” tanyaku melanjutkan.

“Sendirian..mau cari dosen malah ngak dateng.” Jawabnya.

“Eh..gimana kuliahmu, lancar tho…?” lanjutnya.

“Lumayan lah pak…menikamati saja.” Jawabku. “trus Pak Eko gimana nich..rencana kedepannya?”

“aku sich..jujur saja aku baru menemukan panggilanku untuk masuk pelayanan gereja..ya.. bersyukur Tuhan memberi beban untuk hal itu.” Jawabnya.

“Wah.. sudah mantep berarti ya..” kataku.

“Aku pun baru menemukan panggilan ini, tapi masih nego sama Tuhan, kalo ada Gereja yang menawari aku duluan ya aku akan melayani di sana.” Jelasnya.

‘Emang sekarang sudah ada yang nawari?”

“belum tapi kelihatane sebentar lagi ada?” jawabnya.

“Memang sudah yakin pak..mau melayani gereja?” tanyaku penasaran.

Kalo sebagian teman-temanku di Tanya mau melayani gereja atau tidak mereka kebanyakan menjawab belum siap, -entah kapan siapnya, aku tidak tahu-. Aku sendiri juga seperti itu, ya.. kalo di bilang sich untuk saat ini aku lebih mengarah ke pelayanan social.

“Sebenarnya aku pun masih bergumul dalm hal ini, tapi 1 bulan kemaren aku diingatkan akan firman Tuhan.” Jelasnya melanjutkan.

“Hebat donk, ayat yang mana?” Tanya ku.

“Pernah dengar kisah seorang permpuan yang mempersembahkan 2 peser yaitu satu duit?” tanyanya.

“Pernah..” jawabku.

“Tahu apa yang janda itu rasakan setelah memberikan semua uangnya?,” dia berhenti sejenak,

“pasti ia akan berfikir bagaimana ia kan makan setelah ini, atau malah bagaimana ia akan hidu?” jelasnya padaku. “Tapi satu hal., mulia saat itu ia kan berjalan dengan iman, bahwa Allahnya akan mencukupkannya.”


“Iya..iya….” ucapku sambil berfikir.


“makanya kalo kita mau barjalan dengan iman, pasti Tuhan akan mencukupkan, walaupun semua harta kita di minta oleh Nya, Tuhan pasti buka jalan.” Jelasnya singkat.

Aku sendiri masih berfikir akan hal itu. Mencoba mnegahayati pelajaran yang baru saja kau pelajari.

Menarik memang dan itu sangat menguatkanku. Tapi sayang, perbincanganku harus berakhir karena dosen ku dan mulai mendekat ke arah kelas ku.



Sunday, March 15, 2009

KOTBAH PERDANA: MATIUS 28:16-20

Ini pengalaman pertamaku untuk berdiri di mimbar besar dan berkotbah. Kebetulan dari tempatku belajar memberi tugas untuk prakter berkotbah di gereja. Dan ini lah kisah kotbah pertamaku itu.

Pagi itu aku bangun begitu pagi, tepat pukul 5 pagi. Setelah mencuci muka ku, aku kembali ke dalam kamar dan membuka catatan untuk kotbah hari ini. aku membaca sekilas isi kotbah yang telah aku siapkan dan setelah yakin aku segera pergi mandi. Sekitar pukul 6:15 menit aku berangkat ke gereja, yang kebetulan nich… gereja temanku bukan gereja asalku. Perjalanan dengan motor kutempuh sekitar 20 menit untuk sampai di tujuan.

Persaan dag dig duer segera menyelimuti relung hati ku. Kucoba menenangkan dengan cara mendesah panjang. Ku liaht gereja itu masih sepi, namun ada sosok yang aku kenal. Yap.. tepat.. Bapak Pendeta sudah berdiri di sana. Kusapa bapak itu dan segera beliau mempersilahkan aku masuk ke konsisturi –tempat berkumpul majelsi sebelum ibadah-. Aku mencoba tenang dan beramah tamah. Sambil berbincang-bincang aku mulai dapat feel ku kembali. Dengan hitungan menit aku akan mulai ibadah dan aku sudah mencapatkan chemistry di Gereja ini.

Aku di dampingi majelis masuk kedalam tempat ibadah, dengan langkah tegak aku melihat jemaat yang sudah menyanyi kidung jemaat.

Dan kini aku berdiri di depan semua jemaat dan mulai berkata-kata dengan lantang:

Bapak, ibu serta saudara yang di kasihi Tuhan mari kita mulai ibadah kita dengan mengakui bahwa…..………….

Babak pertama lancar dan aku mulai asyik, nyaman serta menikmati posisiku yang menjadi pusat perhatian jemaat. –jujur kalo di bilang gila tampil memang ada benarnya-.

Perjalan kotbah ku lancar-lancar saja. Dan sampai pada aku menjelaskan isi kotbahku. Dan isinya seperti ini.

Ada sebuah cerita, pada tanggal 28 oktiber tahun 1928 di Indonesia terjadi suatu peneguhan janji yang di lakukan oleh pomuda bangsa. Kalo saya boleh ibarat kan saatitu terjadi suatu perpecahan dan peperangan di mana-mana. Maka dari tu para pemuda ingin bersatu hati dan bertekat untuk meyatukan misi dan visi mereka untuk juang. Dan melalui peneguhan sperti itulah mereka bisa memulai persatuan itu. Dan saat itu lah terjadi sumpah pemuda.

Demikian juga pada saat dan situasi yang di alami para murid Yesus setelah Yesus mati dan bangkit. Para murid kehilangan kepala yang mejadi pemimpin dan tiak tau apa yang dilakukan setelah ini.

Aku bercerita dengan penuh keyakinan dan aku pikir semua jemaat menatapku penasarahn karena belum membaca akan firman Tuhan. Maka dari itu aku melanjutkan.

Saudara ku yang terkasih, mari kita membuka alkitab kita pada Injil Matius yang ke 28 ayat 10-20. Firman Tuhan berkata seperti ini :

16. dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah di tunjukan Yesus kepada mereka. 17. ketika melihat DIA mereka menyembah Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18. Yesus mendekati mereka dan berkata:” Kepadaku telah di berikan kuasa di surga dan di bumi,19. kerena itu pergilah, jadikan semua bangsa muridKU dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh kudus. 20. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah KU perintahklan kepadamu dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman.

Bapak ibu, dalam ayat ini, kalo saya boleh katakaa ini adalah the great commission- amanat agung-. Ini adalah perintah kepada setiap muridNya untuk mengabarkan Injil. Pada saat itu para murid mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus di perbuat dan Matius ini lah yang menajdi jawaban buat meraka. Partanyaan tentang bagaimaa harus melayani dan mengabarkan Injil?...............

Aku berhenti sejenak untuk menarik nafas dan siap melanjutkan.

Bapak ibu, yang pertama yang patut kita lakukan ketika kita mengabarkan Injil adalah “PERGILAH”. Bapak ibu, kata PERGI dalam kamus bahasa Indonesia adalah berarti keluar dari tempat asalnya, dan dalam kamus bahas ingris menggunakan kata GO yang berarti kata kerja aktif. Jadi kalo Tuhan mengatakan PERGILAH, ini di wajibkan buat kita untuk berani keluar dari zona aman kita dan mengabarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal ALLAH. Allah tidak ingin kita EGOIS akan keslamatan kita tapi Allah ingin kita berbagi dengan mereka dan membuat mereka selamat.

Aku berhenti memperhatikan jemaat yang masih menatapku.

Yang kedua adalah kata AJARLAH. Jadi saudara setelah kita pergi kita tidak langisng duduk diam saja namun Allah ingin kita mengajarkan akan keslamatan yang kita terima. Kalo kita hanya duduk diam saja maka sia-sia saja kita pergi, maka setelah kita pergi maka ajarlah mereka akan kasih ALLAH kita Yesus kristus.

Yang ketiga, ketika mengalami suatu masalah dalam pelayanan maka di bagian ketiga inilah aka Allah mengatakan Bahwa Ia akan Menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Jadi saudara, kita tidak perlu takut dan ragu ketika kita mengabarkan Injil karena janji Allah akan menyertai kita sampai akhir zaman.

……………….


Aku mengakhiri kotbah pertamaku dengan :

Jadi 3 hal yang kita pelajari dan ketahui tentang bagaimana mengabarkan Injil, yang pertama kita harus :

  1. Pergi

  2. ajarkan

  3. ketahui bahwa Allah menyertai kita.


Dan berakhir kotbah ku pagi itu. Dengan mengehela nafas panjang. Usai sudah ibadah pagi itu. Harapanku bahwa itu akan menjadi berkat buat kita semua. Amin.