Friday, September 2, 2011

Cinta bikin Penasaran! (cintai dia selagi masih bisa dicintai).


Ngobrolin soal cinta dan pacar dengan kaum remaja, muda-mudi jaman sekarang tidak akan ada habisnya. Pacar yang dulunya mungkin hanya untuk “kaum berusia 23 keatas” kini sudah menjamur di semua lapisan usia. Kalo boleh dibilang anak-anak pun tidak terluput kena sihir dari yang namanya “Cinta”. Malahan ada yang usia masih 10 tahun udah bisa ngobrol dan cinta-cintaan. Apa tidak bikin “weird” kalo liat fenomena alam anak sekarang.

Pernah kejadian, waktu saya mengajar di salah satu TK, tiba-tiba salah satu anak datang kepada saya dan bilang kalo temannya (cewek) sayang sama dia. Hemmm… saya yang merasa kaget dengan ungkapan "sayang" jadi penasaran apa maksudnya. Dan secara mengejutkan, sayang yang dia maksudkan adalah “C-I-N-T-A”…. Argghhhhh sontak saya kaget setengah mati. Anak sekecil ini sudah tau soal cinta, ohh my goodness. It’s weird.

Lain kisah dengan anak SLTP yang lumayan dekat dengan saya bercerita soal kisah cintanya. Katanya sih belum kepengin suka-suka an dulu, pasalnya dia diminta sama ortunya buat mikir sekolah dulu. Jadi, bagi dia cinta itu urusan yang kesekian. Remaja ini sih bukanya nggak laku atau dijauhi sama teman ceweknya, cuman dia memang tidak pengen dan ngebet soal urusan cinta. *jangan dianggap dia tidak pencinta wanita, dia lagi nggak pengen pacaran saja.

Kisah lain saya alami dengan teman kampus saya. Saya sudah sama-sama dengan dia selama 4 tahun terakhir. Menikmati kuliah bersama, begadang bersama, nongkrong bersama cuman tidak mandi bersama saja, hehe. Kuliah yang kebanyakan orang bilang “hidup dalam penyerahan” maka soal cintapun termasuk dalam urusan berserah. Berserah kalo dapat, berserah siapa saja calonya, dan berserah dapat atau tidak calonya. *hahhaha mungkin bagi teman saya ini, cinta adalah sebuah misteri antara dia dan sang Pemberi pasangan. Yang pastinya dia akan mengejar ia menemukan, tidak heran dengan semangatnya itu setiap kali saya dan dia ngobrol, pembahasan paling utama adalah tentang cinta. *sampai pengen muntah saya mendengarnya. Hehhe

Dan kisah cinta yang mengejutkan saya hari ini adalah, kisah cinta seorang “janda” yang tiba-tiba menikah dengan seorang yang sudah mempunyai istri. *gilaaa…. Ya saya sih tidak menghakimi kisah cinta ini cuman, masak ibu janda ini rela di jadikan istri ke 2 nya? Hemm cinta sih cinta, cuman musti mikir 2 kali buat jadi istri ke 2 orang.

Ya… bagitulah cinta, mungkin yang paling tepat ketika orang menggambarkan soal cinta adalah “cinta itu buta”. Buta karena ia tidak memandang siapa dan apa yang akan dia dicintai.

Friday, August 26, 2011

Children are angel: Penyontoh yang handal *part 2

Kalo misalkan kalian belum begitu “ngeh” dengan judul diatas, saya sarankan baca yang part 1 saja. Karena dari sanalah semua cerita ini bermula.

*sudah dibaca?

Ya kalo bolah dibilang, ide dari penulisan ini dimulai ketika saya da di Timor Leste. Kebetulan saja, saya ada program dari salah satu NGO korea tempat saya me-relawank-an diri saya selama satu tahun. J saat itulah saya mulai tertarik untuk terjun ke dunia anak-anak dan sampai sekarang lah saya mengerjakan hal itu.

Walaupun saya tidak ada di Timor leste lagi, namun hati saya untuk anak-anak itu tetap berdetak dan samakin menguat. Dan sampai pada akhirnya saya disini, GITJ Trangkil. Menjalankan program yang khusus anak-anak. okay, sejauh ini saya sudah 5 bulan di sini, berjalan sama-sama dengan anak-anak, berbagi dengan mereka.

*okay, enough pembukaannya yah :)

cerita ini terjadi pada:

Kemaren pas hari kamis, ketika saya mengajar kelas anak-anak usia 4-8 tahun saya baru menemukan kejadian yang membuat saya merasa bahwa “kepolosan anak itu sangat pure and really nice”.

Kejadianya dimulai ketika saya mulai mengajar, seperti biasa kami bernyanyi 3-4 lagu dalam bahasa inggris sebagai pembuka. Saya yang mengajar sendirian merasa ada sesuatu yang aneh terjadi selama kami menyanyi. kejadian yang menunjukan bahwa anak-anak itu benar-benar “meniru” apa yang di sekitarnya. Begini, pas kita lagi nyanyi “head and shoulder” dengan semangat yang masih fresh tiba-tiba saya salah menunjukan motion lagu itu. *tau lagu head and shoulder kan?

Jadi pas nyanyi bagian “Knee” saya malah menunjukan pundak, dan hasilnya semua anak-anan meniru kesalahan saya, dan lebih parahnya lagi, ketika di review mereka menjawab “Pundak” saat saya tanya bahasa inggrisnya “Knee”. Dankkkk Matiii saya…. Secepat kilat saya membenarnya kesalahan yang saya perbuat. Huffff dan anak-anak pada bingung!!! Semoga nggak bingung deh di pertemuan berikutnya hehhe

Kejadian kedua adalah ketika kami sedang menulis materi yang saya sampaikan, karena tema hari itu adalah “Music can build peace” jadi saya mengajar beberapa alat musik dalam bahasa Inggris. Nah…. Pas mulai menulis tiba-tiba seorang anak lambat sekali menulisnya, lalu yang terjadi adalah teman yang duduk disampingnya “mendekte” apa yang ada di papan tulis. Satu hal yang saya lihat, sang anak yang “lambat menulisnya” mendengar apa yang dikatakan teman yang mendektenya, pastinya dengan cepat ia menulis. Namun yang jadi masalah adalah ketika anak yang mendekte itu salah mengucapkan salah satu huruf, hasilanya adalah anak yang didekte salah juga menulisnya.. hemmmm saja jadi heran, anak itu lucu dan penurut ya…

Okay, dari kejadian diatas, saya jadi mikir gimana kalo dari kecil serang anak di “masuki” konsep perdamaian dan kasih, pasti deh ketika ia dewasa mereka memiliki karakter itu. Namun sayang, sejauh yang saja lihat, banyak anak-anak yang “dibebasin” orang tuanya menonton atau melihat tindakan-tindakan yang tidak pantas untuk dikonsumsi mereka. Jadi para Orang tua, pengajar dan kalian yang dewasa: didiklah dan kasih contohlah sesuatu yang baik bagi keponakan, anak, sepupu kita yang masih kecil dan lucu. :) selamat Berbagi.

Children Are Angels: Don't you think? part 1


Diak kalae, christo mak solok

Hotu-hotu basa liman

ho dia tu du bain

Tebe ho ain los

tebe ho ain karuk

hadula ba mai, Ho di buka belun seluk

This is our students’ most favorite song. We always sing it in the beginning of our Peace School class. Though we sing it over and over again every single day, but they are always seemed so enthusiast. And their enthusiasm always makes me struck with amazement. Not only for singing, but also for following every activity in the class. Being a little children’s teacher is amazing. I see so many wonderful things they’ve done. And yes, I’ve learned so many things from them. I heard so many times, parents I know say that their children are bad, because they’re being naughty or do some mistakes. Now, I don’t believe it, from what I’ve seen here, a child is like a piece of white paper, they are innocent. And if I may say, children are angels. In our Peace School’s class, I see so many moments that made me thinking a lot about being an adult.

….

On one our Peace school day, I saw two boys, Joao Gospar and Mariano Xavier, sitting side by side. Both of them seemed so busy drawing on a piece of paper that I gave to them. In the middle of their activities, suddenly Mariano interrupted Joao, he asked Joao who is a little older that Mariano to help him finish his drawing. What made me very amazed was the way Joao help Mariano. He left his business right away without any hesitations; then patiently he held Mariano’s hand which was holding a stick of crayon, and lead this little hand of Mariano to draw a boat. After the boat is finished, Mariano said thank you to Joao. Mariano and Joao showed me not to be individualist living in the society. Sometime, adults think about themselves more than thinking about others.

….

Aje, a little boy was a bit naughty came to our Peace School. He always punches his other friends. Every time I tried to greet him, he just ignored me, or looked up and acted as if he wanted to punch me. He also showed the attitude not interesting with our peace school subjects. But I never stopped trying, I kept greeting him and gave him attentions. Little by little, day by day, he started to reply my greetings, even though it seemed like he didn’t do it wholeheartedly. But I saw a change in his attitude, he treated his friends better than before and he started to pay more attentions every time I taught in the class. What surprised me a lot was on the singing competition that was held in the last day of Peace School. Aje, bravely, stood up, walked to the front of the class and sang out so loudly. His other friends were not like that, they were too shy to sing. Aje taught me that actually, children are good impersonators, they will copy whatever they see from their surroundings. If they see something bad, they will surely copy it, if they see the nice attitudes, of course, they, too, will copy these attitudes.

….

Antonino and Ameta are siblings. When we were doing our playing activities in the class, accidentally Antonino hit Ameta’s chin. Ameta’s first spontaneous reaction was hitting Antonino back, until he cried so loud. Seeing his brother crying, Ameta whilst hugged Antonino tight, said “I am so sorry, I won’t do it again.”. Antonino replied,” I forgive you, brother. I love you.”. Antonino and Ameta made me learn about forgiveness. Adults should be like that, hurting back will never solve any problems.

….

On the last day of Peace School I made so many competitions and prepared the prizes for winners. There were singing competitions, drawing competitions, and bringing marbles with spoon competition. To make it more challenging, I made the rules : they should bring the spoon with their mouth and the other rule was, whoever dropped the marble, should start over from the beginning. There was one girl, Aluma, joined the bringing marbles competition. She tried hard to keep her marble in the spoon, too bad, she dropped it several times. But she never gave up, every time she dropped her marble, she will start over without any complaints. Again and again. She kept trying with all her energy and walking slowly. She never felt intimidated even though the other friends who was competed with her had passed her by. Her other friends also dropped their marbles several times, one of them even gave up and decided to leave the competition. Aluma, who was being persistent, finally reached the finish line, and achieved the 2nd place. She really taught me about never giving up. I believe that if we want some thing, we need to keep trying. Even though we feel it is hard to continue, but every step we make is meaningful and sooner or later will show the outcome. It’s much much better than stop or don’t do anything.

Even tough I was the Peace School’s teacher, but I’ve learned a lot from all of my students. And I become more and more sure that actually, all children are such heaven-sent. We may not underestimate them.


Artikel ini pernah dimuat di News letter "diak kalae" The Frontiers Timor Leste.

Thursday, June 16, 2011

Picture of the week: #Sebuah Langkah


Camera: CASIO Exilim
Lokasi : Prambanan Tample

Saturday, May 28, 2011

#4 Bitter in the Sweet Place.


Okay…. Nggak terasa saya sudah 4 kali pertemuan di TK ini, dan rasa nyaman dan menyenangkan juga mulai mengakar dan menguat dalam sendi-sendi yang ada dalam tubuh. Kalo diibaratkan, laksana darah yang baru saja mengalir setelah beberapa detik terhenti, rasanya hangat mulai menjalar ( mau coba, coba ikat perelangan tangan dengan tali, trus putuskan tali itu pasti rasanya hangat menjalar :) ). Entah cuman feeling atau insting saja, rasa dekat dengan anak-anak mulai terwujud, dan yang namanya rasa kalo sudah mengakar pasti akan perih kalo suatu saat nanti di putus. Well… for now, don’t think about it. Let’s see what happen today…

Pagi ini emang rada-rada lambat, entah feeling saya atau memang matahari pengen bermalas-malasan tidur di ufuk timur. Butuh perjuangan yang lumayan berat buat saya bangun, karena semalam ada hal aneh terjadi. Ngak tau siapa semalam pas tengah malam ada seeorang sedang mengetuk pintu rumah. Saya pikir sih cuman halusinasi tapi pagi ini, katanya ada hal “ganjil” yang terjadi di sekitar rumah yang bikin bulu kudu berdiri ( :( ). Okay… cerita anehnya selesai ya…!

Saya berangkat ke TK dengan jalan kaki hari ini. padahal saya berangkat sudah pukul 06:50 WIB, jadi kayaknya bakalan “TELAT”. Saya berjalan cukup cepat karena takut terlambat dan buat anak-anak menungu. Namun sesampainya di TK, kalian tahu apa yang terjadi: MASIH SEPI. Hemmmmm…. Ternyata anak-anak juga belum ada yang datang. Saya cuman menenmukan beberapa guru yang sudah stand by di TK. Jadi saya sempatkan ngobrol bentar sama mereka. Dari perbicangan itu saya lumayan kaget dengan guru yang ada di samping saya, dia bilang begini, “Ya wes Buk, Anaknya sudah lumayan banyak jadi mari dimulai saja.” Setelah ucapan itu saya jadi mikir. Jadi TK ini menunggu anak-anak datang dulu baru dimulai dan ngak ada jadwal “paten” nya.

#catatan: kalo sebuah TK ngak punya jam yang jadi patokan kapan memulai dan kapan mengakhiri, bahayanya kalo sampaek jam 9, anak-anak belum datang. Apa kelas akan dimulai jam 10? Ngak kan? Jadi ya seberapa yang ada mending di mulai. Kan lebih sedikit lebih gampang mengaturnya hehhehhehe J

Sebelum saya masuk ke lingkungan TK,tiba-tiba saya dikejutkan dengan suara dari seorang penjual jajanan di depan TK. Saya lumayan kaget sih, lha wong saya ngak pernah kenalan sama dia tapi dia dengan jelasnya bilang “Teacher Fika”. Hem… saya jadi kaget. Ternyata saya begitu terkenal di sini (hahhaha memuji diri) sampai-sampai penjual pun tau nama saya. Ya semoga saja mereka (selain guru dan murid) tahu juga siapa cowok ganteng ini (Tsahhhh pengen dilempar sama kursi). Jujur saja sih.. saya jadi tesanjung dengan hal ini, berasa jadi orang terkenal lho.. sumpah. Saya jadi gimana gitu hhehe…

Okay… cerita opening pagi ini cukup sudah, sekarang waktunya mengajar. Hari ini saya akan lebih menekannya “kedisiplinan”. Jadi anak-anak tak ajari tentang menyampaikan pendapat, yaitu dengan mengangkat tangan kalo mau bertanya dan siapa yang tidak ditanya tidak boleh jawab. Karena ini pelajaran Bahasa Inggris, jadi saya mengajarkan juga kata “Sorry, Help me, Thank you.” Ya semacam kata-kata simple saja. Awal kelas cukup baik dan saya menikmatinya. Emang sih rada “wild” cuman berharap anak-anak bisa menangkap apa yang saya maksudnya ketika mereka “minta maaf dan minta tolong.” Kelas selesai dengan satu komentar dari guru asisten saya yang rada-rada nyindir. Tau komentarnya “Kelasnya ngak focus ya.” Saya sih nggak masalah kalo komentarnya membangun, cuman sayang dia malah cerita ke ibu-ibu murid soal itu. Hemm weird kan? Harga diri saya kayak di lempar ke laut saja. Hehhehhe.

#catatan: khusus pagi ini, kelas memang rada gaduh mungkin karena saya tidak konsen pagi ini, juga karena mengajadi kedisiplinan anak itu “SUSAH”, cuman kalo ngak diajarkan ntar malah saling berebut ngomong. Berebut ngomong sih ngak apa-apa cuman kadang ada yang sampai berteriak, itu lho yang bikin males…soal komentar sang guru asisten, saya sih fine-fine saja, yang penting anak-anak belajar sesuatu yang baru. Saya sadar kok ngak selamanya kelas itu bisa berjalan baik, ya kadang kala ada ngak enaknya. Betul ngak? Udah percaya saja.

Untuk kelas-kelas berikutnya, saya rasa mulai enjoy. Anak-anak nurut dan baik, ya semoga mereka paham apa yang saya ajarkan hari ini. dan untuk kesemuanya itu asam manisnya ngajar anak-anak dibayar dengan satu pelukan seoarang anak yang tiba-tiba ke pada saya. Is that so sweet? Trust me… it’s more precious than just bad comment from my assistant. :)

#3 Don’t Judge!


“Siapa sih yang pengen hidupnya di hakimi?”

Saya masih ingat ketika teman saya mengatakan seperti ini. Ya.. saat itu kebetulan (kayaknya ngak juga J) dia lagi di katain teman-temannya “pembuat onar”. Sebenarnya simple saja kok, dia pas saja ada di kejadian yang membuat dia dikatakan seperti itu. Walhasil, jadilah teman-temanhya menjuluki dia “pembuat onar”. Tau ngak sih, setelah kejadian itu dia langsung kepikiran dan sudah “mendarah daging” kalo dia itu si pembuat onar.

Jadi kalo dipikir-pikir kita musti hati-hati kalo mau mengatakan sesuatu yang “buruk” tentang seseorang, belum tentu kan orang itu emang seperti yang kita omongkan.

Kejadian serupa terjadi pagi ini, ketika saya berada dalam kelas. Waits…. Ini hari ke 3 saya mengajar di TK yang saya selalu ceritakan itu. Pagi ini jujur saja saya datang terlalu awal, alias KE-PAGI-AN. Bayangkan saja kelas dimulai pukul 7:15 menit sedangkan saya datang jam 6:15 menit. Hemmm… jadi satu jam saya nunggu. :)

Okay, sepanjang hari ini hanya satu yang membuat saya berfikir berkali-kali. Saya menemukan sesuatu yang baru dari anak yang di cap “NAKAL” oleh orang-orang. Okay… let’s say.. namanya Andre. Dia kayaknya masih umur 4 tahun, dan dia emang hipper active. Pernah sekali dia tiba-tiba lari ke depan kelas dan teriak sambil mutar-mutar kayak pesawat terbang. Saat itu sih saya langsung denger (dari salah satu assiten guru) kalo anak itu emang “Nakal” dan susah di atur. Saya jadi kepikiran hal itu beberapa saat. Otakku saya mulai bekerja mencari cara gimana agar anak ini bisa diam dan tenang.

Sekali lagi saya mengamati anak ini dengan tingkah polahnya. Ya. Mungkin emang bener sih dia dikatakan “nakal”, lha wong emang bener-bener ngak bisa diatur. Saya juga geram akhirnya, cuman pas saya beri tugas buat nulis. Kejadian aneh terjadi, pemikira saya mengenai anak ini berubah 1800, tiba-tiba saja dia mulai menulis dan diam. Kayaknya ada yang janggal ya? Cuman it’s really true, dia mulai menulis sama seperti yang saya ucapkan. Jujur saja saya jadi kaget,”hemmm anak ini ternyata bagus juga kalo diberi tugas.”

Setelah hari itu, saya menyadari bahwa setiap kemampuan anak itu berbeda-beda. Dan sekali lagi para Bapak, Ibu dan Saudara-saudara, jangan deh menghakimi kesalahan atau kekurangan orang lain, siapa tahu dia punya kelebihan yang lain. Dan hari ini, saya diingatkan anak itu bahwa kemampuan orang menerima sesuatu itu berbeda-beda, dan kita ngak bisa menghakimi jika salah satu antara kita tidak bisa menuruti atau sesuai dengan keinginan kita. Siapa tahu dia punya bakat yang lebih dari yang kalian tahu. Right? J