Tuesday, December 1, 2009

Nah……Ada Dagelan Di atas Mimbar!!!!!


Dalam sebuah kethoprak (ini bukan sejenis makanan, tapi drama tradisi jawa) biasanya menampilkan sebuah cerita adat atau pewayangan. Memang dapat dipastikan kalo kethoprak akan menampilkan suatu suguhan hiburan yang mengisahkan sejarah atau malah cerita kolosal, dan yang paling penting adalah adanya seorang pelawak (Dagelan, dalam bahasa jawa). Saya mempercayai orang-orang akan sangat tertarik dengan adanya dagelan dalam panggung, dan memang tidak banyak orang yang akan melewatkan munculnya pemeran dagelan tersebut.

Saya melihat sekarang ini banyak sekali acara TV yang banyak menampilakan lelucon-lelucon yang membuat orang tertawa, hal ini mungkin saja karena kebutuhan hiburan yang dapat mengurangi tingkat stress. Dan dari situlah kemungkinan cara berkotba pendeta pun terkena dampaknya, yaitu Kotbah dengan sedikit lelucon.

Saya tidak menghakimi bagi pendeta yang suka atau malah emang menjadi daya tariknya dalam berkotbah dengan lelucon atau guyonan. Ada kejadian yang membuat saya menjadi berfikir keras mengenai tingkah polah seorang pendeta diatas mimbar yang mengumbar lelucon dalam berkotbah. Entah kenapa, saya mulai berfikir, kenapa musti ada lelucon dalam berkotbah?. Bukankan berkotbah itu menyampaikan firman Allah? Dan hal itu sangat sacral?, saya sempat tidak begitu suka dengan cara berkotbah seperti ini, saya merasa ke agungan firman Tuhan tidak ada lagi karena lelucon konyol yang di lontarkan pendeta. Namun yang menjadi pemikira saya lagi adalah Kenapa jemaat malah suka atau malah tergila-gila dengan pendeta yang jago dalam membuat lelucon?, well, yang jelas saya tidak iri dengan pendeta yang jago dalam membuat lelucon, karena saya bukan tipe orang yang suka becanda dalam hal berkotbah (kadang-kadang sich heheh). Dan ada hal yang aneh lagi, masak jemaat pernah bilang begini, “Oh..iya saya ingat pak pendeta A (ngak perlu say sebut namanya) karena leluconnya yang enak dan lucu.” Dan ada lagi “ udah cari pendeta yang bisa melucu aja di mimbar biar ngak bosa.” Sumpah, saya jadi terheran-heran dengan pendapat seperti ini. Yang menjadi pemikiran adalah, apakah firman Tuhan yang di sampaikan masuk dalam hati mereka atau malah leluconya?. (who knows…and I don’t really understood).

Well, yang jelas saya yakin bahwa pendeta melakukan hal itu dengan alasan, sapa tahu dengan lelucon mereka diterima, sapa tahu dengan lelucon jemaat memahami firman Tuhan, dan sapa tahu ….(what’s else?...). dan untuk yang terakhir, selamat ber-dagelan ¬ria para pendeta yang luar bisa. !!!!!!

1 comment:

  1. Hmmm...nampaknya ada yang gelisah dengan "dagelan mimbar ya?" Yah, itulah bagian dari dinamika. Menurutku "humor" di atas mimbar sah-sah saja. Asal dalam batas tertentu. Mengapa? ada humor yang sehat dan ada humor yang tidak sehat. Sepanjang humor itu berbobot dan saya fikir tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah, jika seluruh kotbah itu berisi humor. Humor adalah kendaraan. Bukan konten-nya. Ia tidak boleh melebihi porsi pesan utama, yaitu firman Tuhan. Masalahnya sekarang ini banyak hanya "market oriented" saja. Yang laku adalah yang lucu. Jadi banyak pengkotbah yang pragmatis dan melupakan esensi dasar dari panggilan utama pengkotbah: memberitakan firman Tuhan. Jadi tenang saja, nanti waktu yang akan membuktikan mana yang benar-benar berisi benih yang baik dan yang tidak. Tapi, kalau maunya hanya sekedar lucu ya...gak usah undang pendeta. Undang Srimulat saja.....GBU (Danang Tuar, www.danangtuar.blogspot.com)

    ReplyDelete