Tuesday, December 1, 2009

TEOLOGY’S DIARY: Memenuhi Tuntutan Pasar…….



Pelayanan bukan sebuah barang yang bisa di perjual belikan pastinya, namun apa iya sepert itu sekarag. Yang ngak habis pikir, sekarang Pendeta seperti seorang produsen dan cara penyampaiannya adalah barang yang harus menuruti kebutuhan pasar.

Saya pernah bekunjung kesalah satu gereja yang sedang mengadakan Rapat untuk acara natal dan pas saat itu sedang membicarakan tentag siapa pengkotbahnya, dan sungguh mengagetkan aka apa yang di bicarakan. Sekilas perbincangan atau criteria yang jemaat harapkan utuk pengkotbah natal adalah:

  1. Good Looking. Saya kaget dengan criteria yang pertama ini, disamping ada unsur diskriminasi bagi pendeta yang “kurang good looking” (dalam hal ini face tentunya). Ya…emang sich..ini akan berpengaruh pada jemaat yang menikmati kotbah, masak menonton orang yang ngak amburadul. Ada benarnya memang hal ini, tapi coba dech..ngak selamanya kok…orang yang ngak good looking selalu tampil aneh, sapa tahu pas di minta kotba natal, ia tampil beda. (who knows, tapi kasih kesempatan dech, yang penting penyampaian dia pintar tho).
  2. Enak (Nah ini alasan yang saya sendiri kurang jelas, enak dari mana cobak..emang pendeta itu mau dimakan,,hehe). Ya ..katanya sich pokoknya..(ini nich kata yang paling bikin jengkel, “POKOKNYA”). …enak dalam segala hal, ya…enak dilihat, enak kotbah, enak di dengar dan enak di goda…(uey yeach di goda…..ini tambahan saja ngak masuk kategori). Sebenaranya kategori enak itu kan ALTERNATIF eh maaf RELATIF maksudnya. Belum tentu satu orang dengan yang lain sama merasa enak dengan salah satu pengkotbah. Ya tho…ya wes ah…yang penting itu dalam daftar criteria pendeta.
  3. Metereng. Ini saya ngak tahu apa hubungannya dengan kotbah ama apa yang dipakai oleh si pengkotbah. Ato jangan-jangan pengen di lihat kalo Gerejanya bisa ngundang seorang pendeta yang mewah dan kaya. Dan yang paling parah lagi, ada anggapan kalo gereja berani mengundan Pendeta yang tampail mewah (Mobil, laptop, ma apa aja yang kelihatan wah…) maka gereja akan membayar mahal si pendeta. Ya ngak mungkon donk…pendeta datang bawa mobil cuman di kasih 50 ribu (mau buat beli kacang anaknya aja ngak cukup..heheh).
  4. Lucu. Nah..ini criteria terpenting dari seorang pendeta, LUCU. Kalo pendeta ngak pintar melucu, wah bisa-bisa di jauhi ma jemaat. Pendeta di tuntunt untuk bisa membuat tertawa jemaat meskipun lelucon yang (maaf) ngak maksud dan terkesan di paksakan. But any way yang namanya gereja pastinya berbeda-beda, termasuk kebutuhan dalam hal pendeta.
And finally, saya hanya bingung dengan criteria yang semakin aneh yang di lontarkan oleh jemaat. Di lain pihak saya juga berfikir akan masa depan saya, sekarang sekolah Agama dan akan berakhir dengan Title S. Th, dan itu wajib jadi Pendeta (wait ngak wajib kok…kalo mau aja). Meliat criteria diatas kayaknya saya ngak bakalan dech bisa memenuhi semua tuch tuntutan jemaat yang (He’em) aneh. Well buat para calon pendeta, bersiaplah dari sekarang melihat semua tentutan jemaat yang semakin meningkat. Good luck guys……

No comments:

Post a Comment