Sunday, May 22, 2011

END “Time for reunion”

Kalo boleh tanya sebelum kalian membaca kisah ini. Apa yang ada dipikiran anda ketika anda mendengar kata “Berakhir”?

Take a minute to think J

“Akhir” adalah kata yang paling ditakuti oleh sebagian bahkan mungkin menjadi kata yang paling dihindari dalam hidup. Misalkan saja, ketika kita berpacaran. Pastinya kita tidak ingin mendengarkan pasangan kita mengucapkan kata “akhir” dalam hubungan yang telah terjalin. Atau mungkin bagi pasangan suami istri, gimana seandainya istri kita atau suami kita mengatakan pernikahan sudah berakhir. lain lagi dengan ketika seseorang yang sedang study, pastinya kata “akhir” itu yang dinantikan, namun apakah yang dirasa adalah kesenangan atau malah kesedihan. Belum tentu ketika seseorang yang study nya “berakhir”siap untuk mengakhirinya.

Well… apapun bentuk kondisi kita, pastinya ketika mendengar kata “akhir” perasaan kita ada yang janggal bahkan mungkin sakit. Apapun yang menjadi alasan kita, kata “akhir” adalah hal yang menyakitkan.

Dan kejadian menyakitkan itu terjadi pagi ini. saya berdiri di antara orang-orang berbaju hitam dengan wajah menunduk pilu. Udara yang seharusnya panas tiba-tiba menguap ketika seorang bapak Pendeta berkata, “Semua ada waktunya, ada waktu untuk menangis dan ada waktu pula untuk tertawa dan Tuhan berada dalam semuanya itu.”

Kata Bapak Pendeta itu adalah penutup dari rangkaian acara pemakaman seorang saudara dari teman saya. Jujur saja saya mungkin belum pernah ketemu, namun kiprahnya di dunia pelayanan sudah sering saya dengar.

Di pemakaman ini, tiba-tiba otakku melayang membayangkan bahwa “akhir” dari perjalanan hidup ini ada dalam satu balok berukuran 2 x 1 M. saya menarik nafas ketika hembusan angin tiba-tiba mendinginkan kepala saya. Saya melayangkan pandangan memandang sekeliling dan menemukan hampir semua orang mengenakan baju warna hitam. Saya tidak mengerti kenapa musti hitam, apakan warna ini adalah warna kegelapan atau warna kesedihan?

Sambil memandang dan berfikitr mengenai hidup ini. tiba-tiba saya dikejutkan dengan sekumpulan orang di sebelah saya. Mereka terlihat asyik sekali berbincang-bincang. Sayup-sayup saya mendengar obrolan mereka.

“Iya, Bapak Roni (samara) itu baik sekali, ia sering lho bantu-bantu saya kalo pas saya ada masalah dangan keluarga.” Kata seorang ibu.

“Iya saya juga, saya masih ingat kalo beliau itu baik dan ramah orangnya.” Kata yang satunya.

Dan perbincangan itu pun berlanjut mengenai seseorang yang ada dalam Peti itu. Saya memandang sekeliling dan hampir semuanya membicarakan seorang yang meninggal itu.

Saya jadi berfirkir. Apakah kematian atau akhir dari hidup ini adalah ajang untuk reuni?, menginggat semua yang telah seseorang lakukan. Mengingat masa lalu. Entah itu kebaikan atau keburukan. Namun disinilah semua sepertinya menyatu. Dalam sebuah pemakaman.

Dan saya yakini, acara pemakaman adalah ajang untuk mengingat kembali semua kejadian yang pernah dilalui bersama-sama dengan orang yang meninggal itu. Dan berharap, semuan kenangan itu tidak akan terkubur dengan terkuburnya jasad yang hidupnya “berakhir”.

1 comment:

  1. Membangun kenangan-kenangan lama dalam satu momen di peristiwa kematian memang telah menjadi hal jamak, dan benarlah jika disebut juga sebagai sebuah "reuni kenangan".

    ReplyDelete